About Me

Sabtu, 02 Agustus 2014

Lawu Wish



Apa kabar fans? Sehat?

Ini tulisan pertamaku di tahun 2014. Sengaja aku tulis pas libur lebaran, kebetulan hari ini aku free. Dulu pernah punya mimpi, sebisa mungkin posting blog minimal seminggu satu postingan. Ah, tapi itu sepertinya cuma wacana. Ya iyalah, hidup kan gak melulu perihal ke-selo-an. Selo dikit ngetwit, selo dikit check-in di path, selo dikit posting blog. Gak, aku nggak kaya gitu kok..

Faktanya aku gak free kaya dulu. Tau sendiri kan aku sudah lulus kuliah, dan sekarang Alhamdulillah sudah disibukan dengan segala macam rutinitas yang dinamakan “mengabdi”. Kenapa mengabdi? Soalnya aku sekarang kerja di rumah sakit. Dimana-mana semua yang bekerja di rumah sakit itu gak bisa dikatakan sebagai bekerja, tapi mengabdi. Bukan! Bukan mengabdi pada menteri kesehatan, tapi mengabdi pada masyarakat. Oke, di sini aku gak mau terlalu banyak cerita tentang pekerjaanku. Mungkin, next time aku akan bahas lebih banyak mengenai kesibukanku saat ini, termasuk mengabdi. Sekarang yang ingin aku ceritakan adalah perihal ke-iri-an-ku pada seseorang.

Awalnya aku sangat merindukan suasana gunung. Tepatnya setelah pendakian pertamaku di Gunung Bukit Sikunir dan pendakian keduaku Gunung Merbabu. Ternyata suasana di gunung itu nagih, fans.. Bener-bener kangen suasananya, dinginnya, sejuknya, kedamaiannya, dan segala konspirasi semata di sekitarnya. Sebelumnya memang ada sahabatku SMA, namanya Tri Puspitasari, aku dan kawan-kawan sering memanggilnya Ipus. Nah, Ipus ini bercerita pengalamannya naik Lawu. Betapa tinggi dan dinginnya Lawu dibandingkan dengan gunung-gunung lainnya, betapa indahnya Lawu dengan track yang panjang dengan tangga sekaligus pegangannya. Sayangnya, Ipus gak terlalu banyak cerita mengenai pengalamannya. Emang sengaja sih ceritanya aku stop, biar aku penasaran, dan suatu saat aku bisa menginjakkan kakiku disana sendiri. Ya gak sendiri juga, dengan teman-teman yang sangat luar biasa pastinya J


Mount of Lawu

Kamis, 26 Desember 2013

Welcome!!! Samudra di Atas Awan, 3142 mdpl

*backsound Payung Teduh berjudul “Tidurlah” mengalun perlahan dari arah kejauhan*
Aku pernah berjalan, diatas bukit, tak ada air, tak ada rumput. Tanah terlalu kering, untuk.....
Oke cukup!! Itu bukan suara Payung Teduh, melainkan suara anak imbas-imbis yang baru punya waktu 2 minggu buat nulis pesan ini pasca ia pulang dari mendaki. (@vistiarisa, 20 y.o, anak imbas-imbis tapi macho)
Mendaki? Macho ya kedengarannya?
Tapi mendaki mana dulu? Hatimu? *ahh, lagu lama..

Oke, selamat malam pembaca yang budiman.. Perkenalkan, saya anak imbas-imbis tapi macho yang baru saja menakhlukan gunung dengan ketinggian 3142 mdpl.

Tinggi ya? macho ya? *iyain aja dah..

Sabtu, 30 November 2013

Dear Dad,





Ayah..
Hari ini malam minggu, Ayah. Tertanggal 30 November 2013. Dan aku ingin mengatakan satu kalimat yang mungkin (jelas) kalimat ini akan beranak-pinak.

Ayah..
Kini aku sudah besar, Ayah..
Aku sekarang bukan lagi gadis kecil ayah yang berponi lucu seperti kuda, yang selalu merengek-rengek minta dibelikan jepit rambut warna merah muda, saat ayah akan piket seharian di kantor. Untuk menahan rasa kangen seharian saat ditinggal ayah kerja, aku selalu mengenakan jepit rambut itu, Ayah. Aku pakai seharian di rambutku, aku ciumi, dan aku berpura-pura menjadi penjual merangkup pembeli atas semua jepit rambut koleksiku, pemberian Ayah.

Ayah, maaf..
Malam ini malam minggu, Ayah. Maaf karena aku telah lancang menyebutnya malam minggu. Mungkin ini akan menjadi pasangan kata yang sangat menusuk hati bagi sebagian orang. Tapi tidak untuk kita, Ayah. Karena ayah tahu, aku sudah besar. Aku sudah pasti tahu apa makna dari pada malam minggu, dan jajaran konspirasi disekitarnya. Seperti kekasih, misalnya.  

Ayah..
Mungkin ayah bertanya-tanya kenapa aku daritadi hanya menyebut malam minggu? Tanpa ada hubungannya dengan apa itu jepit rambut pemberian ayah? Maaf yah, aku terlalu pengecut untuk mengatakan semua ini.

Aku kini sudah besar, aku ingin meminta ijin kepada ayah. Jika suatu saat ada seseorang pria datang menghampiriku, dan menyatakan cinta untukku, aku mohon ayah, restuilah kami.
Mungkin, pria itu mungkin tak sehebat ayah. Yang sangat gagah dan kuat dalam mengangkat senapan angin, atau berlari menyusuri hutan bersama pasukan tempur ayah. Tapi, jika dia sudah bicara tentang ketulusan, dia berani menentang ayah. Dan ayah juga harus berani menerima itu.
Ayah, janganlah cemburu jika suatu saat nanti akan ada yang memanggilku dengan sebutan “bidadari”. Ini memang bukan dunia peri, yang mungkin bisa jadi hal yang mustahil bagi ayah. Hal yang harus ayah lakukan, cukup tersenyum dan lambaikan tangan hangat ayah dari surga. Itu sudah cukup membuat hatiku bahagia, pun hatinya.
Perkara siapa yang akan memanggilku dengan sebutan “bidadari”, ayah tak perlu terburu-buru untuk tahu siapa dirinya. Kelak, ayah pasti akan aku perkenalkan dengan pria yang tengah lancang menentang ayah yang hanya berbekal ketulusan itu. Biarkan dulu Tuhan mempersiapkan segalanya, merancang skenario yang kita tak tahu siapa, dan kapan datangnya.


Tertanda,
Anak gadisnya ayah ^^

Kamis, 24 Oktober 2013

New Challenge


Selamat siang teman sejawat..
Nampaknya kata-kata itu yang baru-baru ini aku baca di setiap email dan surat masuk di kantor.. Pft~

Ha? Kantor?
Iya kantor..

Kantornya siapa coba?
Kantornya aku lah, masak sayangnya aku.. #cieh

Jadi ceritanya, per tanggal 1 Oktober 2013 kemarin aku udah diterima kerja..
Kerja di suatu tempat yang tak pernah ku bayangin sebelumnya.. Di antara dunia kesehatan dan pendidikan jadi satu, campur aduk, dan berkoloni membentuk suatu kesatuan utuh bernama SMF Bedah Orthopaedi dan Traumatology RSUP Dr. Sardjito / Fakultas Kedokteran UGM.

Gilee lu ndro.. panjang bener nama instansi lu?
Alhamdulillah.. Kerja di tempat ini bener-bener menjadi sebuah tantangan terbesar dalam hidupku... *pastinya setelah aku berani nembak seorang cowok, sayangnya belum pernah... hehe ^^
#fokus – Jadi, di SMF Bedah Orthopaedi dan Traumatology ini aku bekerja sebagai sekretaris umum di kantor.. Lebih tepatnya junior sekretari sih. Untungnya jabatanku di kantor sesuai dengan jurusan semasa aku kuliah dulu..

Kok Junior c...?
Lah, kan aku masih kecil.. Umur 20 tahun, bagiku umur yang terbilang masih muda untuk bisa meraih jabatan di SMF Bedah Orthopaedi ini.. dan akhirnya kini aku bisa membuktikanya, jadi pegawai paling muda sendiri di kantor. J

Sukurlah.. udah bisa dibilang eksmud dong? (Re: Eksekutif Muda)
Alhamdulillah.. jangan bilang udah jadi eksmud kalo belum jadi pegawai paling muda di kantor.

Ciee.. sombong!
Iya nih, kok kesannya jadi terlalu sombong gini ya? *benerin kerah*
Sombong sih enggak, biar rada lucu aja sih...

Oh iya, buat seneng gak seneng nya kerja di Orthopaedic Surgery tak ceritain besok lagi ya..
Aku mau persiapan buat wisuda dulu, byee ^^

Rabu, 25 September 2013

13 Month and 7 Days Ago


13 month and 7 days ago, oh.. I know you know, how we felt about that night~~~♪♫  :’)
Haai.. ini tulisan pertamaku di tahun ini, setelah berbulan-bulan aku absen dari dunia perbloggeran Indonesia. Kini akhirnya aku muncul lagi..
Kenapa?

Oh.. yang di atas itu? Kenapa? Kaya Lirik lagu ya?? Emmh emmm...
Bukan bukan.. itu bukan potongan lagu Like We Used To-nya A Rocket To The Moon kok, meskipun mirip sih... Lebih tepatnya itu adalah jumlah bulan dan hari dimana aku berhenti bikin postingan disini..
Lihatlah, dulu tempat ini adalah diary maya buatku.. Sengaja aku memilih curhat disini, biar tetep abadi. Gak kayak di twitter, sekali curhat langsung tertumpuk dengan curhatan orang lainnya. Sayangnya, semangat ngeblog udah gak berkobar kaya dulu lagi.. Dan sekarang, blogger udah banyak berubah..
Kalo gak salah juga, dulu banyak terdapat semut-semut lucu berjumlah 6 ekor disetiap pojoknya, dan sekarang aku gak tahu kenapa bentuknya jadi gak karuan gini.. Dimana semut-semutku yang bergerak seakan melintasi sirkuit membentuk angka 8 dulu??
Oh, maaf.. saya mulai gagal paham ternyata.. kini semua yang ada di blogger sudah berubah, termasuk perasaan ini. Ah sudahlah~

Rabu, 01 Agustus 2012

Lelaki Berambut Landak itu...



Katanya, diam itu emas. Jika benar adanya, harusnya orang-orang yang jatuh cinta secara diam-diam itu praktis menjadi orang terkaya di dunia. Tidak! Tidak! Aku tidak menuding kalau itu diriku.. karena sampai umurku yang sudah menginjak angka 19 saat ini, aku tak kunjung kaya juga.

Jadi, tepatnya dulu pas jamanya aku masih menginjak bangku sekolah, aku pernah memendam perasaan kepada seorang lelaki. Lelaki bertubuh kurus, berkulit licin, hitam manis, dan berambut landak.

Entah kenapa, dari dulu aku tak pernah tertarik oleh seorang lelaki layaknya idaman kebanyakan para wanita. Putih, tinggi, ganteng, sipit(mungkin).. Tidak! Hatiku berdegup lebih kencang ketika aku berhadapan dengan seorang lelaki ini. Iya, seorang lelaki berambut landak yang kurang lebih selama 12 bulan aku pandangi dan hampir setiap hari, selama delapan jam.

Tapi bodohnya, perasaan suka itu datang ketika kita hampir berbisah. Tepatnya berpisah kelas, bukan berpisah jarak maupun waktu. Karena kita bukan LDR.

Anehnya, kenapa perasaan suka itu muncul ketika kita akan berpisah? Kenapa tak sedari dulu pas kita selalu bersama? Apa iya, ini cuma perasaan takut akan kehilangan seseorang saja? Bukan perasaan semacam cinta yang pernah ada seperti di sinetron-sinetron gitu?


Iya, ini cinta.. 

Cinta adalah perasaan ingin selalu memperhatikan setiap gerak-gerik yang dia lakukan. Cinta adalah keinginan untuk selalu curi-curi pandang ke dia pada saat guru tengah lengah dalam mengajar. Cinta adalah perasaan penuh tanda tanya kenapa suatu hari bangkunya kosong dan tak ada seseorang yang mendudukinya. Cinta adalah perasaan tak ingin kehilangan seseorang, meskipun hanya terhalang tembok kelas..

Cinta adalah perasaan sedih kenapa aku tak bisa sering-sering memandanginya lagi. Cinta adalah perasaan galau karena perlahan-lahan dia mulai menjauh dariku. Cinta adalah perasaan takut saat dia memutuskan untuk berganti nomor handphone, dan tidak konfirmasi lagi kepadaku..­­­

Cinta adalah dialog hati yang menyatakan “gak papa gak sekelas, yang penting kan masih satu sekolahan”. Cinta adalah masih bisa terima kenyataan kalo dia udah lupa dan gak pernah sms aku lagi. Cinta adalah pura-pura gak liat dan cuek saat dia jalan di depanku. Cinta adalah mengadirkan senyuman kecut saat kita gak sengaja berpandangan meski range nya cuma tiga detik.

Cinta adalah perasaan sakit perut bercampur panas dingin saat tau dia telah menge-add akun facebookku. Cinta adalah perasaan kepo alias pengen tau banget status apa yang ia tulis di wall facebooknya. Cinta adalah perasaan cemburu saat ia komen-komen-an di status dengan cewe lain. Cinta adalah stalking gak cuma di wall dia aja, tapi juga stalking sampe ke temen, temenya, dan temenya lagi. Cinta adalah predikat “the biggest stalker” yang dinobatkan kepadaku saat teman-temanku tahu hoby baruku itu.

Cinta adalah perasaan seneng pas liat dia main futsal di lapangan saat jam istirahat kedua. Cinta adalah hasrat pengen ngusapin kringetnya pas dia lagi capek lari-larian di lapangan. Cinta adalah hasrat pengen ngasih sebotol air mineral pas dia sedang kehausan abis olah raga.

Cinta adalah bikin status kangen secara #NoMentions di facebook. Cinta adalah sering ketawa sendiri di depan pintu tralis kelas sambil melihat dia makan di kantin. Cinta adalah gak sengaja ketemu di masjid sekolah saat kita mau sholat dzuhur berjamaah.

Cinta adalah selama satu tahun setengah berjalan dan aku belum bisa move on dari dia. Cinta adalah sebuah kesadaran bagi diriku, “mau sampai kapan kayak gini terus”? Cinta adalah hasrat memendam perasaan, “gak papa asal gue bisa seneng”. Cinta adalah perasaan senang karena gak sengaja bertemu di tempat bimbel dan ternyata kita satu ruangan. Cinta adalah kita udah mau ujian nasional dan kita telah disibukan oleh kegiatan masing-masing. Cinta adalah kita sering satu kelas lagi pas tes pendalaman materi menjelang ujian akhir nasional. Cinta adalah perasaan  bangga saat nilai kita sama bagusnya.

Cinta adalah perasaan bahagia saat melihatnya tertawa lebar karena kita bisa lulus satu angkatan. Cinta adalah perasaan sedih saat kita benar-benar akan berpisah dan tak tau kapan kita bisa ketemu lagi. Cinta adalah perasaan harus rela meninggalkan kenangan yang begitu indah saat menjadi pengagum rahasianya..

Cinta adalah... iya, ini cinta pertamaku. Perasaan pernah suka terhadap seorang anak laki-laki berambut landak, berkulit licin, kurus, dan hitam manis...


Klik Aja!!!:



Sabtu, 21 Juli 2012

Pencerahan Buat Kalian yang Gagal Masuk PTN




Mahasiswa..

adalah suatu bagian yang meyenangkan dan bisa dibanggakan. Oke, pasti banyak yang sependapat dengan pernyataan tersebut. Secara ada kata Maha di depan Siswa, yang notabene konsep pemikirannya bisa jauh lebih maju dan berkembang dari pada mereka yang tidak pernah mengenyam bangku kuliah.


Jadi, banggakah jadi Mahasiswa?

Jujur.. dari dalam hati pasti bangga dong jadi seorang Mahasiswa.


Tapi kalo udah bangga kamu mau apa?

Pamer dong ke temen-temen “Gue sekarang mahasiswa UGM lho” atau “Liat nih jaket almamater biru tua gue” *(biru tua lho ini, biru tuaaa.. bukan biru muda)


Terus kenapa?

“Puas dong bisa jadi Mahasiswa”
“Seneng banget bisa ketrima di PTN favorit”
“keren aja sih”


Udah yakin sama jurusan yang kamu pilih? Sesuai dengan panggilan jiwa belum? Apa cuma menang nama universitas aja, tapi soal jurusan urusan belakangan??

Sebenernya banyak loh mahasiswa yang sedikit tanda kutip memakai kata “terpaksa” kuliah dengan jurusan yang tidak sesuai dengan panggilan jiwa. “yang pentingkan Universitasnya terkenal, yang pentingkan favorit, yang pentingkan.....”???

Coba deh dilogika, ibaratnya kalo kalian punya pacar jelek tapi motornya Ninja RR.. kan bagus banget, bisa buat pamer ke mantan-mantan nih.. motornya loh, bukan orangnya!

Nah, kasusnya sama kan kalo kalian kuliah di Perguruan Tinggi bagus tapi dari dalam batin nyesek banget karena jurusan yang kalian ambil gak sesuai dengan hati nurani?

Dulu pernah pas jamanya aku mau masuk UNY dengan jalur tes SM UNY. Aku pernah mau dibawa seorang rekanan untuk masuk ke prodi Pendidikan IPA Murni, tapi aku gak mau. Soalnya aku pengenya masuk ke PGSD. Tapi seorang rekanan itu bilang, masuk PGSD itu berat karena sainganya banyak. Perbandinganya 1:40

Jadi bisa di katakan, jika aku bisa lolos masuk di Universitas Negeri dengan perbandingannya adalah 1 banding 40. Itu artinya ketika aku sedang menangis bahagia karena bisa diterima masuk PTN, pada hari itu juga akan ada 39 anak Indonesia lain yang menangis kecewa karena gagal diterima di PTN. Dan aku bersikeras untuk masuk PGSD tanpa bantuan dari oknum-oknum tersebut. Tapi aku gagal :(

Dengan pertimbangan tersebut, aku saranin buat kalian-kalian yang udah diterima di PTN favorit jangan seneng dulu karena kalian bisa berhasil mengalahkan ke-39 pesaing peserta ujian masuk PTN. Inget, kalian masih punya tanggung jawab besar dimasa depan. Selain harus bisa mengaplikasikan mata kuliah yang telah kalian pelajari selama kuliah di kehidupan nyata, kalian juga harus punya kontribusi besar buat negara. Perlu kalian ketahui, kalian yang kuliah di PTN sebenernya akan mendapat biaya kuliah yang lebih murah dari pada kalian yang kuliah di PTS. Itu karena apa? Itu karena kalian yang kuliah di PTN akan mendapatkan subsidi dari pemerintah. Subsidi itu didapat dari mana? Subsidi itu didapat dari pajak yang dipungut dari rakyat. Dengan harapan mereka membayar pajak agar bisa melihat negara Indonesia ini menjadi negara yang lebih baik.

Sedangkan kalo kita lihat secara luas, masih banyak di antara Mahasiswa lulusan PTN yang cuma jadi pengangguran. Karena jaman sekarang ini bisa dikatakan banyaknya pencari kerja yang tak sebanding dengan banyaknya lapangan pekerjaan, dan sebagian diantara mereka harus rela menyandang gelar Sarjana atau Diploma dengan predikat pengangguran jika mereka tak sanggup bersaing dengan pencari kerja lainya.

Nah, buat kalian yang udah diterima di Perguruan Tinggi Negeri pada SNMPTN  atau Ujian Masuk PTN lainya, kalian boleh bangga kok, boleh seneng, boleh syukuran juga. Selamat karena kalian udah jadi pemenang buat diri kalian sendiri. Tapi inget, kalian harus punya kontribusi besar buat Negara. Mengingat sebagian biaya dari kuliah kalian di Perguruan Tinggi Negeri itu disubsidi oleh pemerintah dengan pajak yang dipungut langsung dari uang rakyat, maka kalian juga harus punya asumsi besar untuk bisa membahagiakan kehidupan rakyat.

Nah, buat kalian yang udah terlanjur kecewa karena SNMPTN kemarin gagal diterima di PTN favorit, jangan kecil hati dulu. Inget, hidup itu bukan tentang kalian kuliah dimana? bukan sekedar kalian dapat titel dari Universitas apa? tetapi apa yang akan kalian perbuat dengan titel yang udah kalian dapatkan itu dimasa depan kelak.

Kita bisa sukses itu gak harus di Perguruan Tinggi Negeri kawan. Coba liriklah Perguruan Tinggi Swasta di Jogja yang udah mulai maju dan berkembang. Kalian bisa memilih salah satu dari sekian banyak PTS tersebut, dan mencoba memasukinya dengan pertimbangan jurusan yang akan kalian ambil sesuai dengan minat dan bakat kalian. Pertimbangkan juga Akreditasi dan nilai-nilai di lingkungan sosialnya. Dengan begitu kalian gak akan terdoktrin dengan ambisi besar bahwa sukses itu harus kuliah di Perguruan Tinggi Negeri.

Kalian yang kuliah di Perguruan Tinggi Swasta juga bisa seperti mereka yang kuliah di Negeri. Itu semua tergantung niat dari diri kalian sendiri, serta bagaimana kalian bisa menyikapi sesuatu dengan segala resiko dimasa depan. Ingat, Tuhan itu sejatinya selalu memberi apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. Apapun jurusan dan dimana kuliahmu, jalanilah.. Nikmati setiap perjalanan kalian kuliah untuk bekal dimasa depan kalian nantinya.



Best regards